header image
Foto Dr Ketty Herawati Sultana

Dr Ketty Herawati Sultana πŸ’

dokter
dr. Ketty Herawati Sultana (59 tahun), merupakan dokter senior di RS Medistra, Jakarta. Pasien terakhirnya sebelum terinfeksi COVID-19 adalah Menteri Perhubungan Budi Karya.

Budi Karya awalnya dirawat dr Ketty dan tim di RS Medistra dengan gejala seperti demam tifoid, tetapi kemudian dikonfirmasi menjadi salah satu kasus COVID-19 paling awal di Indonesia. Menhub kemudian dipindahkan dirawat di RSPAD.

Meskipun tidak pernah ada penjelasan dari mana asal muasal penularannya, dr Ketty dan beberapa staf yang pernah merawat Budi Karya kemudian terinfeksi COVID-19 dengan hasil tes positif. Setelah menjalani perawatan sekitar tujuh hari, dr Ketty akhirnya berpulang pada hari Jum’at (3/4/2020) di rumah sakit tempatnya mengabdikan hampir seluruh perjalanan karir kedokterannya.

Setelah menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Universitas Katolik Atmajaya pada tahun 1987, dr Ketty Herawati Sultana bertugas di wilayah timur Indonesia, tepatnya di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sepulangnya dari NTT, dr Ketty lanjut bertugas selama lebih 30 tahun sebagai salah satu dokter umum di RS Medistra, Jakarta.

Di mata rekan sejawatnya, dr Ketty dikenal sebagai sosok yang tegas dan tekun dalam bekerja. Dia sosok memiliki dedikasi untuk merawat pasien-pasiennya dengan tanpa membedakan jenis penyakit mereka.

Dr Ketty meninggalkan seorang suami, dua putri dan seorang putra. Putri pertama pasangan dr Ketty dan dr Oki Gunawan Kaharudin terinspirasi dengan dedikasi dan pengabdian orangtuanya. Dia memutuskan menjadi dokter dan mengikuti jejak mamanya mengabdi pertama kali di wilayah timur Indonesia, yaitu di kota Maumere, kabupaten Sikka, NTT.

Takdir tak dapat ditolak, suami dr Ketty berpulang selang 100 hari setelah meninggalnya istri tercinta karena sakit yang telah lama dideritanya. Sepertinya keinginan dr Ketty menikmati masa pensiun bisa terlaksana bersama suaminya di surga. Sedangkan tongkat estafet profesionalismenya telah diserahkan kepada dr Margareta Oktaviani (Megi) dan kedua adiknya, Gabriel Martinus dan Bernadette Melani, yang menetap dan bekerja di Belanda. Mulai tanggal 23 Desember 2020, dr. Megi bertugas menjadi relawan dokter di Wisma Atlet Jakarta. Berjuang menolong pasien-pasien yang memerlukan tangannya. Sebanyak mungkin. Istirahat dengan tenang, dok!

Testimoni
Dia tidak kenal lelah ini ternyata juga murah hati dan pandai memasak. Dia sering menyiapkan dan membawa masakan dari rumah untuk dinikmati bersama-sama di kantor. Pribadinya yang selalu hangat dan ringan tangan di lingkungan kerja, tentunya akan dirindukan. Begitu komentar salah satu koleganya. dr Anita Puspasari, sebagaimana ditulis New York Times.

"Aku menjadi dokter karena mama. Aku melihat bagaimana Mama membantu orang lain, bagaimana dia dihormati oleh orang lain dan bagaimana dicinati oleh pasiennya." dr. Margareta (29 tahun).
Sumber: https://id.theasianparent.com/ketty-herawati-sultana

Pesan Belasungkawa

Ade

Juni 2019, saya dan anak bungsu saya-Asa pulang ke Indonesia untuk menjenguk orang tua dan saudara-saudara kami. Entah karena kondisi kesehatan Asa yang kurang baik dan ditambah proses adaptasi dengan kondisi di Indonesia, Asa jatuh sakit. Beberapa hari demam tinggi dan muntah. Obat dari dokter yang kami kunjungi tidak banyak membantu memperbaiki kondisinya. Akhirnya atas saran dari Dr. Ketty saya membawa Asa ke Medistra supaya bisa diobservasi. Dr. Ketty sendirilah yang menangani Asa. Setelah diberikan infus dan pengobatan lainnya, demam dan rasa sakitnya Asa mulai terkendali. Setelah beberapa hari tidak tidur, rasanya lega dan senang sekali melihat Asa bisa terlelap. Setelah itu saya baru tahu kalau sebenarnya dr. Ketty seharusnya sudah lepas jaga. Tetapi dia memilih untuk tinggal di RS agar bisa langsung memberikan perawatan untuk Asa. Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana besarnya rasa terima kasih saya untuk dokter Ketty. Dia mengalahkan rasa cape dan penatnya demi menolong anak saya. Manusia yang sangat luar biasa. Tanggal 3 April 2020 adalah salah satu hari yang sangat kelam buat saya. Setelah seminggu berjuang melawan Covid, dr. Ketty berpulang ke Penciptanya. Begitu banyak orang yang bersedih dan merasa kehilangan dengan kepergiaannya. Sama seperti saya, orang-orang ini saya rasa adalah orang-orang yang pernah disentuh dengan kebaikan dr. Ketty semasa beliau hidup. Di mana pun beliau berada semangat menolongnya selalu hidup. Dalam keluarga besar suami saya, beliau adalah salah satu orang yang merekatkan ikatan kekeluargaan kami. Dr. Ketty bagaikan sebuah pohon. Ketika beliau hidup, dia memberikan naungan untuk banyak orang. Menanamkan benih-benih kebaikan dibanyak hati yang dia sentuh. Semoga bibit-bibit itu akan tumbuh menjadi banyak pohon kebaikan yang baru. Selamat jalan dr. Ketty. Sampai kita berjumpa lagi, kakakku

17 Jan 2021

Rudy K. Sultana - Adik kandung

Sosok Ketty di Mata Adik Kandungnya -- Ketty adalah anak kedua dan putri pertama dari Widjaya Sultana dan Siana Budiman. Kami 6 saudara kandung terpaut satu-dua tahun usia antara dua anak berurutan. Ayah bekerja sebagai guru sekolah dan ibu sebagai ibu rumah tangga yang hampir seumur hidupnya menyumbangkan waktu, pikiran, tenaganya, dan sering kali uang pribadinya pada kerja sosial. Dari penyuluhan PPKB, Pos Yandu, vaksinasi masal, sampai sekarang membuka dan mengajar di sekolah PAUD untuk 80an anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan rendah atau tak menentu. Contoh ketekunan dan kemurahan hati ibu kami adalah warisan yang tak ternilai dalam pembentukkan watak kami. Ketty adalah satu-satunya anak yang mengikuti jejak ibu kami dengan memilih profesi sebagai dokter. Hampir seluruh hidupnya dipersembahkan untuk menyembuhkan pasien tanpa memilih-milih berdasarkan kelas sosial-ekonomi, usia, suku bangsa, maupun agama. Setiap pasien dapat perhatian sangat istimewa, seperti dia adalah satu-satunya pasien Ketty di dunia ini. Dengan penghasilan guru, hidup keluarga kami sangat lah terbatas secara finansial. Pengalaman hidup sulit membuat hati Ketty mudah luluh terhadap orang yang kurang beruntung. Trauma hidup serba kekurangan membuat Ketty selalu menyediakan makanan extra banyak dan berlebihan buat orang-orang yang dia sayangi. Kekayaan sensor cita rasa pada lidah dan pemciumannya membuat Ketty menjadi koki yang sangat piawai. Ketty memanjakan orang-orang yang dia sayang dengan makanan-makanan yang dimasak sendiri. Sebagai kakak perempuan tertua, Ketty adalah perekat kami saat kami bertikai, jadi pusat pertemuan keluarga saat kami bergembira merayakan hari-raya dan kesuksesan anggota keluarga besar kami. Sebagai dokter, pelayanan Ketty pada penyembuhan tidak berhenti saat pasien keluar dari rumah sakit. Banyak pasien masih membutuhkan rawat jalan. Meskipun letih, seusai dinas dari RS Medistra, Ketty melakukan safari-rawat-jalan mengunjungi pasien di rumah mereka. Betty adalah adik yang dengan setia mengantar Ketty safari. Setelah selesai safari Ketty selalu tertidur lelap di dalam mobil karena kecapean. Bila masih ada pasien yang membutuhkan kunjungan, Ketty tidak pernah ragu menggunakan hari liburnya dari dinas di RS Medistra. Dedikasi kami pada pelayanan tidak sampai separuhnya dari Ketty. Kami masih sering berkeluh kesah saat menemani Ketty memberikan pelayanan kesehatan. Sebagai seorang Ibu, di mata kami, Ketty adalah ibu yang sangat sabar pada keinginan dan kebutuhan ketiga anaknya: Maggy, Martin, dan Mei. Ketty mampu membalance profesi dan peran seorang ibu. Buktinya ketiga putra dan putri Ketty, yang disayangi sepenuh jiwanya, sudah menjadi anak muda yang mandiri, berbudi pekerti tinggi, dan sangat dermawan. Sebagai seorang anak Ketty sangat sayang pada mamih. Ketty selalu hadir dalam setiap acara tahunan yang penting bagi mamih; tidak pernah alpa mengurus kebutuhan obat untuk kesehatan sampai kebutuhan sehari-hari; tidak pernah lupa ajak mamih dan Betty dalam acara liburannya; Bahkan dalam keadaan sesak nafas di ICU pun Ketty masih menyempatkan menanyakan keadaan mamih yang juga menunjukkan gejala Covid saat itu. Punya separuh saja dari kerendahan hati, kebesaran jiwa, dedikasi, dan kedermawanan Ketty sudah akan membuat kami menjadi individu yang berbudi pekerti tinggi. Cuma dalam hitungan jam Covid melumpuhkan Ketty dari sesak nafas sampai intubasi untuk memasukkan ventilator di ICU RS Medistra. Cuma dalam hitungan hari akhirnya Covid merengut hidup Ketty yang masih sangat produktif, ceria penuh tawa, tempat kami mengadu saat senang dan susah. Kepergian Ketty meninggalkan lubang besar dan rasa kangen dalam hati kami 😰. Selamat jalan pahlawanku, selamat jalan kakakku tercinta; akan ku simpan kenangan indah darimu dalam hati ku; akan ku coba teruskan dan amalkan nilai-nilai hidupmu. Terima kasih atas sayangmu pada kami semua. Sampai jumpa lagi di rumah Tuhan Yang Maha Pengasih nanti πŸ™.

10 Jan 2021

Dr. Diana Shanty, MARS

Kami berdua dekat karena sama2 mengisi waktu luang sore

9 Jan 2021