header image
Foto Prof. dr. Iwan Dwiprahasto MMedScPharm, PhD

Prof. dr. Iwan Dwiprahasto MMedScPharm, PhD 💐

dokter
Berpulangnya Prof dr Iwan Dwiprahasto MMedScPharm, PhD (58 tahun), merupakan sebuah kehilangan besar yang berarti, baik secara personal maupun profesional bagi mahasiswa, kolega-mitra kerjanya, teman dan keluarga besarnya. Prof Iwan memberikan kontribusi penting bagi pengembangan di tingkat Departemen Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK), Universitas Gadjah Mada (UGM), serta negeri tercinta ini.

Sebagai personal, Prof Iwan dikenal dengan karakternya yang rendah hati, dan selalu menghargai orang lain dari berbagai kalangan masyarakat. Ia senang menyapa setiap orang yang dijumpainya dengan senyumnya yang khas, menyejukkan hati dan sapaah ramahnya. Tutur katanya yang halus namun tegas menjadi jurus utamanya dalam menghadapi berbagai situasi kritis sekalipun. Misalnya ketika menanggapi reaksi mahasiswa yang dialaminya ketika menjalankan amanah sebagai Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan di Fakultas dan Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan di UGM, ataupun di forum-forum nasional yang dipimpinnya dalam pembahasan mengenai kebijakan obat dan teknologi. Selingan gurauan segar yang sering dilontarkannya menjadikan setiap interaksi dengan Prof Iwan selalu terasa segar, menyenangkan, dan mengesankan.

Sebagai profesional, Guru Besar FK-KMK UGM di bidang farmakoepidemiologi, Prof Iwan adalah karakter dosen yang sangat dicintai oleh mahasiswanya. Ia selalu bersemangat untuk menyampaikan berbagai konsep yang sulit menjadi sesuatu yang mudah dipahami dan menyenangkan. Ia senang berbagi ide dan inspirasi untuk orang lain. Baginya, tidak ada predikat yang lebih membanggakan selain terpilih sebagai Dosen Favorit di kalangan mahasiswa tingkat Sarjana. Kesibukannya yang tinggi dalam menjalankan berbagai peran nasional dan pembicara di berbagai seminar, tidak membuatnya menomorduakan mahasiswa. Ia memiliki cara khusus yang membuat mahasiswa sarjana-magister lulus tepat waktu, dan mahasiswa doktoral bimbingannya lulus dengan banyak karya publikasi. Di hatinya, mahasiswa selalu nomor satu. “Dosen itu harus selalu baik, mengutamakan mahasiswa, supaya kita selalu didoakan juga oleh mahasiswa”, begitu pesannya. Sebuah pesan sederhana, namun penuh makna yang mendalam.

Ia juga meninggalkan sejumlah peran dan karya penting di tingkat nasional. Kepakarannya di bidang farmakoepidemiologi dan kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine/EBM) membuatnya dipercaya oleh Kementerian Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, lembaga pengelola asuransi lainnya dalam memimpin penyusunan formularium obat, mengevaluasi obat, melakukan analisis teknologi kesehatan. Selain itu ia juga aktif di jejaring institusi di bidang EBM, kebijakan keselamatan pasien serta memimpin ikatan ahli farmakologi Indonesia (IKAFI). Gairahnya di bidang pendidikan memberikan kontribusi besar pada forum-forum pendidikan di Indonesia. Bahkan sampai dengan akhir hayatnya dalam perawatan di rumah sakit, ia masih sempat menyampaikan permohonan maaf tidak dapat hadir dalam rapat sosialisasi revisi kurikulum Kedokteran di FK-KMK UGM yang dipimpinnya. Sebagai peneliti, Prof Iwan meninggalkan banyak rekam jejak dan kenangan sebagai dosen dengan publikasi internasional terbanyak di Fakultas pada tahun 2019.

“Apa yang dilakukan oleh dua orang guru besar yang satu rumah?”. Pertanyaan ini seringkali kami terima. Sebagai suami dan ayah dari Putri Karina Larasati, Prof Iwan adalah figur seorang ayah yang sangat penyabar, selalu ingin menyenangkan hati keluarga dan keluarga besarnya, selalu ingin menolong sesamanya. Keluh kesah tak pernah terucap dari bibirnya, dan wajahnya senantiasa memancarkan sinar dari lubuk hatinya yang tulus. Gelak tawa senantiasa memenuhi suasana di rumah setiap kali Prof Iwan menginjakkan kakinya di rumah yang telah dihuni selama lebih dari 30 tahun. Menonton TV program dunia binatang dan acara Cak Lontong menjadi kegemarannya bersama keluarga. Demikian pula dalam acara-acara keluarga besar dan reuni dengan teman-temannya, ia menjadi pusat perhatian dan kegembiraan mereka. Dua tahun terakhir, jiwa sosial dan hobi keluarganya menjadikan Prof Iwan banyak mendukung konser musik yang dilakukan di rumah kediamannya ataupun di gedung pertunjukan. Ia juga beberapa kali tampil membacakan puisi yang ditulisnya sendiri.

Kami, kita, kehilangan seorang akademisi yang dengan kepakaran ilmunya, gairah dan kepiawaian penyampaiannya, kecintaan pada profesi sebagai dosen, mahasiswa dan negerinya telah berupaya memberikan yang terbaik untuk negeri tercinta ini. Semoga inspirasinya selalu hidup di tengah-tengah kita. Mohon dimaafkan segala khilafnya.
---





Prof Iwan Dwiprahasto lahir 8 April 1962 di RS RKZ Surabaya, merupakan putra kelima keluarga Oetomo Moestidjo. Beliau memulai pendidikan di TK Hang Tuah Surabaya, lalu melanjutkan di SD Serayu, SMP Negeri 8 dan SMA Negeri 1 Yogyakarta, dan menamatkan kuliah di Fakultas Kedokteran UGM. Selepas itu, pendidikan lanjutan diperoleh dari University of Newcastle Australia dan the London School of Hygiene and Tropical Medicine, UK. Ia dikukuhkan sebagai Guru Besar pada tahun 2008.

Ditulis oleh istri almarhum, Prof dr Adi Utarini, @adiutarinimusik.

Testimoni:

Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng, Rektor Universitas Gadjah Mada1
"Seluruh sivitas akademika dan seluruh keluarga besar Universitas Gadjah Mada sedang berduka. Pada hari ini guru kami, pemimpin kami, dan salah satu putra terbaik Universitas Gadjah Mada dan Indonesia telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha KuasaBagi UGM, sumbangsih Beliau begitu besar, baik bagi pengembangan universitas dengan aktifnya Beliau sebagai pimpinan fakultas dan universitas selama bertahun-tahun. Selama hidupnya Prof. Iwan Dwiprahasto kita kenal sebagai sosok yang santun, selalu berbicara lemah lembut, disiplin, dan solutif dalam menghadapi berbagai persoalan. Kehilangan atas kepergian Beliau adalah kehilangan yang sangat mendalam bagi keluarga besar UGM. Namun, almarhum telah meninggalkan banyak kebaikan selama hidupnya, yang perlu dilanjutkan oleh para penerusnya di UGM. Sivitas UGM memiliki tugas yang cukup berat untuk mampu meneruskan perjuangan Beliau, mengembangkan ilmu yang telah Beliau tinggalkan, dan meneruskan memajukan UGM. Marilah kita berdoa semoga Allah SWT memberikan ampunan atas dosa-dosa almarhum, melipat gandakan amal ibadah almarhum dan memberikan tempat yang paling mulia. Kepada seluruh keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan kekuatan ketabahan iman dalam menghadapi cobaan yang berat ini."


Dr Maria Endang Sumiwi, MPH., Health Specialist for Malaria & HIV/AIDS, UNICEF Indonesia2
"How someone you crossed path with affecting your life. Saat menuntut ilmu dulu di Jogja, Prof Iwan Dwi Prahasto mengajar mata kuliah Epidemiologi Klinis dan Metodologi Penelitian. Nggak semua guru bisa membawamu masuk dalam pengertian-pengertian baru yang mengubah caramu melihat fakta-fakta. Prof Iwan bisa. Betapa kagum pada kepintarannya dan dunia baru yang ditunjukkannya. Saat menuntut ilmu dulu di Swedia, bersamaan dengan Prof Uut hendak mempertahankan disertasi S3, Prof Iwan mendampingi dengan setia. Setelah makan malam bersama di rumah Pak Yusuf Jauhari, pelatih badminton yang selalu menjadi tuan rumah acara makan mahasiswa Indonesia, Prof Iwan berlutut memperbaiki tali sepatu Prof Uut yang rupanya belum terpasang baik. Prof Iwan sangat halus, hampir seperti Romo Kardinal Suharyo. Selamat jalan Prof. Iwan. Salam hormat kami. Beristirahat dalam damai Tuhan. Semoga keluarga Prof Uut dikuatkan. Amin."

Cuitan @tissayn di Twitter: "Prof Iwan bukan Cuma angka dalam update informasi tentang COVID-19. Di antara mereka yang meninggal selama pandemi ini ada guru, spesialis, ahli pencari nafkah, orang tua, yang terkasih dan seterusnya."

Cuitan @novemberdad di Twitter: "Pagi ini, peneliti terbaik yang juga professor favoritku di kampus, Prof Iwan Dwiprahasto, kalah dari perangnya melawan COVID-19. Simpati terdalam dariku. Kita berpisah dari guru tercinta kita dalam duka."

Dr. dr. Ghea Pandita S, MKes, SpS3: "Alhamdulillah beruntung sekali saat S2 dulu ditakdirkan Allah mendapatkan bimbingan langsung dari Prof Iwan dan selama beberapa tahun menjadi asisten Beliau di Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit (CE & BU) FK UGM / RSUP Dr. Sardjito. Beliaulah yang pertama kali mengenalkan ilmu Epidemiologi Klinis & Evidence Based Medicine (EBM), sekaligus mendorong untuk melanjutkan sekolah lagi.

Pembelajaran Prof Iwan selalu dibawakan dibawakan dengan sederhana, tetapi dengan pemahaman yang dalam. Salah satu yg melekat terus dalam ingatan adalha nasehat Beliau yg disampaikan dg santai, “Besok di akhirat kita semua sebagai klinisi akan mendapatkan tambahan pertanyaan dari Allah. Kenapa kok mengobati pasien dengan obat A, atau kenapa mendiagnosis dengan metode B, atau kenapa menyampaikan informasi versi C. Apa dasarnya? Sebagai klinisi, selain harus paham tentang mekanisme biologis suatu penyakit, kita juga harus paham tentang ilmu Epidemiologi Klinis dan EBM, supaya bisa menjawab pertanyaan Allah itu”.

Kita harus punya kemampuan mengkritisi dan memilah keputusan klinis mana yang terbaik dan sesuai untuk pasien kita saat itu. Karena setiap pasien itu punya karakteristik yang unik. Jadi meskipun penyakitnya sama, karena pasiennya berbeda, rekomendasinya bisa berbeda dan semuanya harus berdasarkan rujukan yg shahih. Seperti menjalankan perintah agama, menjalankan profesi juga begitu.

Masih ingat juga dulu Beliau sering minta digantikan memberi kuliah karena sibuk atau meminta saya menjadi pembicara di acara-acara tertentu dan seringnya mendadak. Kalau saya mencoba menghindar karena kemampuan yang pas-pasan dan takut mengecewakan, Beliau selalu bilang, “Pasti bisa, asalkan belajar”. Kalau saya tanya, “Kok mendadak?” Sambil santai Beliau menjawab, “Sengaja. Supaya selalu belajar.” Beliau sepertinya paham, kalau tidak ada keperluan, saya tidak rutin belajar.

Sekitar empat hari sebelum sakit Beliau memberat, saya sempat telepon ingin meminta Beliau menjadi reviewer di jurnal FK UHAMKA tetapi tidak diangkat. Tidak tahu kalau Beliau sedang sakit. Besoknya Beliau kirim WA dan minta maaf baru respon karena sudah beberapa hari tidak enak badan. Dalam pesannya, Beliau menyampaikan kesediaan membantu. Sifat Beliau yang tidak pernah berubah adalah selalu “Nguwongke” orang lain dan selalu berusaha membantu. Padahal siapalah saya dibandingkan dengan posisi Beliau yang jauh di atas. Ternyata, itu adalah komunikasi terakhir Beliau dengan saya.
Selamat jalan Guru terbaikku. Semoga ilmu-ilmu yang diberikan selalu menjadi contoh yang baik dan teladan yang ditiru. Barang siapa mengajarkan ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun."

1https://ugm.ac.id/id/berita/19179-guru-besar-fkkmk-ugm-tutup-usia
2https://web.facebook.com/endang.sumiwi
3https://www.facebook.com/gea.pandhitas

Pesan Belasungkawa

Albarissa Shobry

Saya mengenal Prof. Iwan sebagai seorang guru yang sangat baik, mampu menjelaskan konsep farmakologi yang memiliki tendensi untuk membosankan dan dihindari, justru menjadi menarik.Selamat jalan Prof. Iwan, terima kasih atas ilmu-ilmu yang sudah diberikan. Semangatmu tetap hidup dalam semua dokter didikanmu.

5 Agu 2021

Atik Choirul Hidajah

Prof. Iwan guru yang baik. Semoga ilmu yang diberikan menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir. Alfatihah......

14 Mar 2021

Ratna Kusumawardhani

Ya Allah...Genap 1 rahun Iwan Dwi Prahasto Engkau panggil pulang.. Rasanya aura positifnya terus ada di sekitar kami.. Senyumnya candanya, kebaikannya, dan keinginannya untuk selalu menyenangkan orang lain.. Hobinya mentraktir.. Kedermawanannya.. Prinsipnya dalam bekerja, ketangguhannya dan semua kebaikannya masih kami rasakan.. Kehilangan Iwan mengajarkan kami tentang keikhlasan karena semua memang Milikmu semata.. Semoga Iwan beristirahat dgn tenang di sisimu. Al Fatihah..🤲

11 Mar 2021